BANK INDONESIA (BI) & HUBUNGAN BI DENGAN
INTERNASIONAL
Oleh Kelompok 1:
Bank Indonesia adalah Bank Sentral
Republik Indonesia. Bank ini memiliki nama De Javasche Bank yang dipergunakan
pada masa Hindia-Belanda. Sebagai Bank Sentral, BI mempunyai tujuan tunggal
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan
jasa serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan
tersebut BI didukung oleh tiga pilar yakni menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjalankan kelancaran sistem pembayaaran serta
mengatur dan mengawasi perbankkan di Indonesia. BI juga menjadi satu-satunya
lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia. Dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur.
Bank Indonesia menjalin hubungan
kerjasama dengan lembaga Internasional yang diperlakukan dalam rangka rangka
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas Bank Indonesia maupun Pemerintah yang
berhubungan dengan ekonomi, moneter maupun perbankkan. Bank Indonesia menjalin
kerjasama Internasional meliputi bidang-bidang :
a) Intervensi bersama untuk kestabilan
pasar valuta asing,
b) Penyelesaian transaksi lintas negara,
c) Hubungan koresponden,
d) Tukar-menukar informasi mengenai hal-hal
yang terkait dengan tugas-tugas selaku bank sentral,
e) Pelatihan/penelitian dibidang moneter
dan sistem pembayaran[1]
The South East Asian Central Banks (SEACEN)
Bank
Indonesia menjalin hubunga kerja sama dengan lembaga –lembaga lnternasional,
hal ini di perlukan untuk menunjanng kelancaran Bank Indonesia
maupun pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi, moneter maupun perbankan.
The South
East Central Banks Research and Training Center (SEACEN Centre) (1982,12
bank sentral) SEACEN Centre merupakan pusat penelitian dan pelatihan bagi
pegawai bank sentral yang menjadi anggota bagi kawasan asia tenggra di bidang
keuangan, moneter, perbankan, kebansentralan, dan ekonomi pembangunan.[2]
SEJARAH SEACEN
Sejarah
SEACEN dimulai pada bulan Februari 1966, sebagai sekelompok gubernur beberapa
bank sentral Asia Tenggara bertemu di Bangkok , Thailand , untuk bertukar
informasi dan ide-ide tentang hal-hal yang mempengaruhi ekonomi mereka dan
sistem keuangan . Pertemuan ini dihadiri oleh 7 kepala / wakil dari bank
sentral dan otoritas moneter dari Laos , Malaysia , Filipina , Singapura , Sri
Lanka , Thailand dan Vietnam . Sejak itu Konferensi diadakan setiap tahun
dengan bank-bank anggota dari SEACEN bermain host oleh rotasi.
Diskusi selama pertemuan tahunan awal
difokuskan pada pertukaran informasi dan ide-ide tentang kondisi ekonomi dan
keuangan dari masing-masing negara . Banyak penekanan ditempatkan pada
pengaturan dari kelompok voting South East Asia untuk mewakili kepentingan
negara-negara SEACEN di Dana Moneter Internasional , Bank Internasional untuk
Rekonstruksi dan Pembangunan ( sekarang dikenal sebagai Bank Dunia ) , dan Bank
Pembangunan Asia . Sekarang masalah catatan bahwa Asia Tenggara Voting Group kemudian
didirikan dan masih ada meski komposisi Grup Voting tidak persis sama dengan
keanggotaan SEACEN Centre.
Pada tahun 1972 gagasan mendirikan SEACEN
Centre sebagai penelitian dan pelatihan pusat regional dibawa ke realitas di
Konferensi Ketujuh SEACEN Gubernur . Pada tahun yang sama , yang SEACEN Centre
mulai beroperasi secara informal dan menawarkan kursus pertama pada Manajemen
Lembaga Keuangan dengan dua puluh dua peserta .
Pada 3 Februari 1982 Perjanjian untuk
mengatur SEACEN Penelitian dan Pusat Pelatihan secara resmi ditandatangani di
Bangkok . Sejak saat itu SEACEN Centre telah melayani untuk mempromosikan
pemahaman yang lebih baik tentang keuangan , moneter , perbankan dan
pembangunan ekonomi di antara staf bank sentral dan otoritas moneter di wilayah
ini.
TUJUAN SEACEN
Tujuan
dari SEACEN Centre sebagaimana tercantum dalam memorandum dan Anggaran Dasar
Bank Sentral Asia Tenggara ( SEACEN ) Penelitian dan Pelatihan Pusat , tanggal
27 Pebruari 1982, adalah :
Untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik dari keuangan , moneter , perbankan dan hal-hal pembangunan ekonomi yang menarik bagi bank sentral dan otoritas moneter dari negara-negara di Asia Tenggara atau tujuan ke daerah secara keseluruhan; dan Untuk merangsang dan memfasilitasi kerjasama antara bank sentral dan otoritas moneter di bidang penelitian dan pelatihan.
ANGGOTA SEACEN SAAT INI
Sejak berdirinya, anggota SEACEN Centre telah tumbuh . Saat ini 19 bank sentral anggota dan otoritas moneter yaitu:
1. Bank Indonesia
2. Bank Negara Malaysia
3. Nepal Rastra Bank
4. Bangko Sentral ng Pilipinas
5. Monetary Authority of Singapore
6. Central Bank of Sri Lanka
7. Bank of Thailand
8. Central Bank of Myanmar
9. The Bank of Korea
10. Central Bank, Chinese Taipei
11. The Bank of Mongolia
12. Autoriti Monetari Brunei Darussalam
13. Reserve Bank of Fiji
14. Bank of Papua New Guinea
15. National Bank of Cambodia
16. State Bank of Vietnam
17. People's Bank of China
18. Bank of the Lao PDR
19. Reserve Bank of India
Selain keanggotaan penuh, SEACEN Centre memiliki satu
" pengamat " bank sentral yang National Reserve Bank of Tonga .
"Pengamat " bank sentral diberikan hak istimewa untuk menghadiri
Konferensi Gubernur SEACEN tahunan ' , yang merupakan forum untuk bertukar
informasi , pengalaman dan pandangan tentang keuangan , moneter , perbankan dan
perkembangan ekonomi di negara-negara masing-masing serta daerah.[3]
KERJASAMA SEACEN
Anggota South East Asian Central
Bank (SEACEN) perlu terus memperkuat kerja sama keuangan dan membangun
garis-garis pertahanan untuk mengantisipasi berlanjutnya krisis global. Hal
tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank of Korea, Choongsoo Kim, saat membuka
Sidang Ke-31 Gubernur Bank Sentral SEACEN, yang berlangsung di Seoul, 13-14
Februari 2012.
Demikian Junanto Herdiawan, salah satu anggota delegasi Bank Indonesia, yang hadir dalam sidang
tersebut, melaporkan langsung untuk Kompas.com, Senin (13/2/2012). Menurut dia, sidang yang juga dihadiri oleh
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution itu membahas berbagai isu, terutama
terkait peranan kebijakan moneter dan stabilitas sistem keuangan dalam
menghadapi risiko pelemahan ekonomi global yang berkepanjangan.
Krisis ekonomi yang terjadi di
Eropa dan Amerika Serikat masih belum menunjukkan tanda penyelesaian. Menghadapi
dampak krisis tersebut, perekonomian Asia perlu menyiapkan diri karena ekonomi
Asia tidak sepenuhnya kebal terhadap krisis global. Krisis akan merambat ke
Asia melalui jalur perdagangan (trade channel), jalur keuangan (financial
channel), dan deleveraging, atau pelepasan aset dan utang dari
investor Eropa di Asia. Ketiga hal itu pada gilirannya akan menyebabkan tekanan
bagi pasar Asia.
Ada dua hal yang dapat dilakukan
oleh para pengambil kebijakan di Asia. Pertama, melakukan harmonisasi kebijakan
moneter dengan kebijakan makro-prudensial. Kedua, memperkuat kerjas ama
keuangan di wilayah Asia.
Harmonisasi kebijakan menjadi
penting di masing-masing negara karena krisis mengajarkan kita bahwa sektor
keuangan tak dapat dilepaskan dari sektor riil. Oleh karenanya, kebijakan
moneter di setiap negara Asia perlu berjalan harmonis dengan kebijakan fiskal,
makroekonomi, dan stabilitas sistem keuangan.
Sementara itu, upaya memperkuat
kerja sama keuangan antarnegara Asia menjadi penting untuk mencegah terjadinya
penularan krisis keuangan di wilayah regional. Berbagai kerja sama regional
seperti SEACEN, ASEAN+3, dan Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central
Bank (EMEAP) telah menghasilkan berbagai inisiatif dan proyek yang meningkatkan
pengembangan pasar keuangan regional dan menjaga stabilitas regional.
Kerja sama tersebut juga mampu
membangun garis-garis pertahanan, seperti pembentukan Chiang Mai Initiatives
Multilateralization (CMIM), dan berbagai pengembangan pasar keuangan serta
kerangka kebijakan makroprudensial.
SEACEN adalah forum kerja sama bank
sentral negara-negara di Asia Pasifik yang saat ini beranggotakan 17 negara,
yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, China, Fiji, Indonesia, Korea Selatan,
Malaysia, Mongolia, Myanmar, Nepal, Papua Niugini, Filipina, Singapura, Sri
Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.[4]
Gubernur Bank of Thailand
Konferensi
|
Tahun
|
Gubernur Bank of Thailand
|
1
|
1996
|
Dr. Puey Unphakorn
|
2
|
1970
|
Dr. Puey Unphakorn
|
3
|
1982
|
Mr. Nukul Prachuabmoh
|
4
|
1989
|
Mr. Kamchorn Sathirakul
|
5
|
1997
|
Mr. Rerngchai Marakanond
|
6
|
2007
|
Dr. Tarisa Watanagase
|
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations)
Perhimpunan
Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Perbara) atau
lebih populer dengan sebutan Association of Southeast Asian Nations
(ASEAN) merupakan sebuah organisasi
geo-politik
dan ekonomi dari negara-negara di kawasan Asia
Tenggara, yang didirikan di Bangkok,
8 Agustus
1967
berdasarkan Deklarasi
Bangkok oleh Indonesia,
Malaysia,
Filipina,
Singapura,
dan Thailand.
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya,
memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regionalnya, serta meningkatkan
kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai.[5]
Pengertian
ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations)
ASEAN merupakan sebuah organisasi
geo-politik dan ekonomi dari negara - negara di kawasan Asia Tenggara, yang
didirikan di Bangkok pada 8 Agustus 1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh
Thailand, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura. Organisasi ini bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan
kebudayaan negara – negara anggotannya, memajukan stabilitas di tingkat
regional, serta meningkatkan kesempatan untuk membahas perbedaan diantara
anggotanya dengan damai.[6]
v Sejarah ASEAN
ASEAN didirikan oleh lima negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand di Bangkok melalui
Deklarasi Bangkok. Menteri luar negeri penanda tangan Deklarasi Bangkok kala
itu ialah Adam Malik (Indonesia), Narsisco Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak
(Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand).
Isi
Deklarasi Bangkok adalah sebagai berikut :
a)
Mempercepat
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan di kawasan
Asia Tenggara,
b)
Meningkatkan
perdamaian dan stabilitas regional,
c)
Meningkatkan
kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam bidang ekonomi,
sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi,
d) Memelihara kerja saa yang erat di tengah
– tengah organisasi regional dan internasional yang ada,
e)
Meningkatkan
kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di kawasan Asia
Tenggara.
Brunei
Darussalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar negara pemrakarsa. Brunei
Darussalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7 Januari 1984. Sebelas
tahun kemudian, ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam yang menjadi
anggota yang ketujuh pada tanggal 28 Juli 1995. Dua tahun kemudian, Laos dan
Myanmar menyusul menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Walaupun Kamboja berencana untuk bergabung
menjadi anggota ASEAN bersama Laos dan Myanmar, rencana tersebut terpaksa
ditunda karena adanya masalah politik dalam negeri Kamboja. Meskipun begitu
satu tahun kemudian Kamboja akhirnya bergabung menjadi anggota ASEAN yaitu pada
tanggal 16 Desember 1998. Setelah kesemua negara di Asia Tenggara bergabung
dalam wadah ASEAN, sebuah negara kecil di Tenggara Indonesia tak lain dan tak
bukan juga pecahan dari Indonesia yaitu Timor Leste memutuskan untuk ikut bergabung
menjadi anggota Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara, meskipun keanggotaannya belum
dipenuhi.
Kerjasama
ini tidak hanya mencangkup bidang ekonomi saja tetapi juga ilmu pengetahuan dan
teknologi, kebudayaan dan informasi, pembangunan serta keamanan dan kerjasama
transnasional lainnya.[7]
v Makna Perlambang ASEAN
Lambang ASEAN melambangkan kemantapan,
perdamaian, persatuan, dan dinamika ASEAN. Warna – warna lambang biru, merah,
putih dan kuning adalah warna –warna yang digunakan dalam berbagai bendera
negara-negara anggota ASEAN.
a)
Warna
biru melambangkan perdamaian dan kemantapan, merah melambangkan keberanian dan
dinamika, putih melambangkan kesucian dan kuning melambangkan kemakmuran.
b)
Sepuluh
batang padi yang terikat melambangkan sepuluh anggota ASEAN, hal ini
melambangkan harapan para bapak pendiri ASEAN yang memimpikan ASEAN terdiri
atas seluruh sepuluh negara-negara Asia Tenggara yang terikat dalam
persahabatan dan solidaritas.
c)
Lingkaran
melambangkan persatuan ASEAN.[8]
v Peranan Indonesia dalam ASEAN
Sejak ASEAN berdiri, Indonesia telah
mengambil peran yang sangat penting. Peranan pertama Indonesia ditujukan dengan
ikut mendirikan ASEAN. Selanjutnya Indonesia diberi kepercayaan sebagai
penyelenggara KTT ASEAN I. KTT ini dilaksanakan di Bali pada tanggal 23 – 24
Februari 1976. Salah satu kesepakatan yang dihasilkan KTT ASEAN I adalah
pembentukan Sekretariat ASEAN di Jakarta. Adapun yang menjadi Sekretaris
Jendral (Sekjen) ASEAN pertama adalah H.R. Dharsono, seorang putra Indonesia.
Hal tersebut memberikan gambaran bahwa negara Indonesia berperan besar dalam
ASEAN. Indonesia juga berperan dalam menciptakan perdamaian. Indonesia pernah
menjadi penegah konflik antara Kamboja dan Vietnam. Konflik ini terjadi karena
Vietnam menduduki Kamboja. Indonesia menjadi penengah kedua belah pihak sejak
tahun 1987. Pada akhirnya saat Konferensi Paris untuk Kamboja tahun 1991,
Kamboja dan Vietnam menyepakati perjanjian damai.
Peran penting lainnya adalah saat
Indonesia menjadi penengah antara Pemerintah Filipina dan Moro National Front
Liberation (MNLF). Baik Pemerintah Filipina maupun MNLF sepakat untuk melakukan
pertemuan di Indonesia dan membuat perjanjian damai.
§ Pada KTT ASEAN ke-9 tanggal 7 – 8
Oktober 2003 di Bali, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean
Community). Komunitas ini mencangkup bidang keamanan, sosial-kebudayaan dan
ekonomi.
§ Pada tahun 2004 Indonesia menjadi negara
yang memimpin ASEAN. Selama memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian
pertemuan. Diantara pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean
Ministerial Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum), Pertemuan
Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan berbagai masalah yang terjadi dan
beberapa pertemuan lainnya.
§ Menjadi tuan rumah pertemuan khusus
pasca Gempa Bumi dan Tsunami pada Januari 2005. Pertemuan ini bertujuan untuk
membicarakan tindakan – tindakan mengatasi bencana Tsunami pada 26 Desember
2004. Negara ASEAN yang terkena Tsunami adalah Indonesia, Thailand dan
Malaysia.
§ Pada bulan Agustus 2007 diresmikan ASEAN
Forum 2007 di Jakarta. Forum ini diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya
Komunitas ASEAN 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi ASEAN
ke-40.
§ Pada KTT ASEAN ke-19 tanggal 17 – 19
November 2011 Indonesia kembali menjadi tuan rumah, salah satu catatan penting
peran Indonesia dalam ASEAN adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir
Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (ZEANWFZ). Traktat
yang sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi
selama Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota
berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, ataupun membeli,
mempunyai, atau menguasai senjata nuklir.[9]
v Kerjasama Indonesian dalam ASEAN
Hubungan kerjasama ASEAN meliputi bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Hubungan kerjasama yang
dilakukan mengikuti prinsip-prinsip yang ditetapkan. Prinsip-prinsip tersebut
tertuang dalam Perjanjian Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara yang
ditandatangani di Bali pada tanggal 24 Februari 1976.
1)
Kerja Sama Ekonomi
Kerjasama
ekonomi antar anggota ASEAN awalnya hanya berupa kegiatan perdagangan
antarnegara. Namun, sekarang wujud kerja sama ini sudah sangat beragam. Bahkan,
ASEAN juga mendirikan beberapa pabrik dibeberapa negara anggota. Beberapa
pabrik yang didirikan ASEAN antara lain :
Ø Pabrik pupuk di Aceh yaitu Aceh Asean
Fertilizer (AAF).
Ø Pabrik Abu Soda di Thailand.
Ø Pabrik Urea di Malaysia.
Ø Industri Tembaga di Fhilipina.
Ø PT Pusri di Palembang, Indonesia.
2)
Kerja Sama Sosial Budaya
Pada
mulanya, kerjasama ASEAN dalam bidang sosial budaya disebut sebagai kerjasama
fungsional. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Deklarasi Bangkok. Istilah
kerjasama fungsional mencul pertama kali dalam Deklarasi Manila pada tanggal 15
Desember 1987. Kerjasama sosial budaya atau fungsional ASEAN meliputi berbagai
bidang. Bidang – bidang tersebut antara lain :
Ø Pendidikan
Ø Pembangunan dan Kesejahteraan Sosial
Ø Kesehatan
Ø Ketenagakerjaan
Ø Penerangan dan Kebudayaan
Ø Pembangunan Pedesaan dan Pengentasan
Kemiskinan
Ø Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi
Ø Penanggulangan Bencana Alam.
3)
Kerja Sama Bidang Politik dan Keamanan
Berbagai
usaha untuk menciptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara ditempuh melalului
penandatanganan berbagai dokumen atau kesepakatan, antara lain :
Ø Perjanjian mengenai kawasan damai, bebas
dan netral atau Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN) atau dikenal
dengan Deklarasi Kuala Lumpur pada tanggal 27 November 1971. Perjanjian ini
berisikan keinginan untuk menjadikan Kawasan Asia Tenggara sebagai Kawasan yang
damai, bebas dan netral.
Ø Perjanjian persahabatan dan Kerjasama di
Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in South-east Asia) pada tanggal
24 Februari 1976 di Bali.
Ø Perjanjian kawasan bebas senjata nuklir
pada tanggal 15 Desember 1997 di Bangkok. Perjanjian ini melanggar
masing-masing negara anggota ASEAN untuk mengembangkan, memproduksi, atau
memiliki senjata nuklir. Bahkan juga melarang menjadi tempat persinggahan
senjata nuklir dan melakukan uji coba nuklir.
Ø Komunitas keamana ASEAN pada tanggal 7
Oktober 2003 di Bali. Pembentukan komunitas keamanan ASEAN datang atas prakarsa
Indonesia. Melalui komunitas keamanan ASEAN akan didirikan sebuah pusat
pelatihan pasukan penjaga perdamaian, dan pertemuan secara teratur antara
polisi dan menteri pertahanan ASEAN. [10]
Berikut
merupakan nama-nama Sekjen ASEAN dan PBB yang menjabat pertama kali hingga
sekarang:[11]
No
|
Nama Sekjen
|
Masa Jabatan
|
Negara
|
1
|
Hartono Rekso Darsono
|
05
Juni 1976 – 18 Februari 1978
|
Indonesia
|
2
|
Umarjadi Notowijono
|
19
Februari 1978 – 30 Juni 1978
|
Indonesia
|
3
|
Datuk Ali Bin
Abdullah
|
10
Juli 1978 – 30 Juni 1980
|
Malaysia
|
4
|
Narciso G. Reyes
|
1
Juli 1980 – 1 Juli 1982
|
Filiphina
|
5
|
Chan Kai Yau
|
18
Juli 1982 – 15 Juli 1984
|
Singapura
|
6
|
Phan Wannamethee
|
16
Juli 1984 – 15 Juli 1986
|
Thailand
|
7
|
Roderick Yong
|
16
Juli 1986 – 16 Juli 1989
|
Brunei
|
8
|
Rusli Noor
|
17
Juli 1989 – 1 Januari 1993
|
Indonesia
|
9
|
Dato Ajit Singh
|
1
Januari 1993 – 31 Desember 1997
|
Malaysia
|
10
|
Rodolfo C. Severino
Jr.
|
1
Januari 1998 – 31 Desember 2002
|
Filiphina
|
11
|
Ong Keng Yong
|
1
Januari 2003 – 31 Desember 2007
|
Singapura
|
12
|
Surin Pitsuwan
|
1
Januari 2008 – 31 Desember 2012
|
Thailand
|
13
|
Le Luong Minh
|
1
Januari 2013 – sekarang
|
Vietnam
|
ASEAN + 3 (Association of Southeast Asian Nations Plus
Three)
ASEAN Plus
Three atau Kerja sama ASEAN Plus Three adalah kerjasama antara lain paling menonjol di bidang keuangan
terdiri dari 10 anggota ASEAN plus China, Jepang dan Republik Korea. sejak tahun 1997 pada saat kawasan Asia sedang dilanda krisis ekonomi. Dalam periode 10
(sepuluh) tahun pertama 1997-2007 mekanisme dan pelaksanaan kerja sama APT
didasarkan kepada Joint Statement on East Asia Cooperation. KTT APT pertama
berlangsung pada Desember 1997 di Kuala Lumpur.[12]
SEJARAH ASEAN + 3
ASEAN Plus Three ( APT )
merupakan forum yang berfungsi sebagai koordinator kerjasama antara Asosiasi
Bangsa Bangsa Asia Tenggara dan tiga negara Asia Timur Cina , Jepang , dan Korea
Selatan . pemimpin pemerintahan , menteri , dan pejabat senior dari 10 negara
anggota ASEAN dan tiga negara Asia Timur Laut berkonsultasi pada berbagai
peningkatan masalah .
APT adalah pengembangan
terbaru dari regional Asia kerjasama Timur. Di masa lalu , proposal , seperti
panggilan ROK ini untuk Pasar Asia umum pada tahun 1970 dan Jepang 1988 saran
untuk Jaringan Asia , telah dibuat untuk membawa kerjasama lebih dekat daerahPertemuan
para pemimpin pertama ' yang diadakan pada tahun 1996 dan 1997 untuk menangani
masalah Pertemuan Asia - Eropa , dan China dan Jepang masing-masing ingin
pertemuan puncak rutin dengan anggota ASEAN setelah itu. arti dan pentingnya
kelompok diperkuat oleh krisis keuangan Asia . Dalam menanggapi krisis , ASEAN
bekerjasama erat dengan China , Jepang , dan Korsel . Sejak pelaksanaan
Pernyataan Bersama tentang Kerjasama Asia Timur pada tahun 1999 di KTT Manila ,
menteri keuangan APT telah mengadakan konsultasi berkala.
ASEAN
Plus Three , dalam membangun Chiang Mai Initiative , telah diakui sebagai
pembentuk dasar untuk stabilitas keuangan di Asia, kurangnya stabilitas
tersebut telah memberikan kontribusi terhadap krisis keuangan Asia . Mata Uang
Asia Unit ( ACU ) merupakan indeks tertimbang yang diusulkan mata uang untuk ASEAN
+ 3 . ACU terinspirasi oleh sekarang mati Currency Unit Eropa , digantikan oleh
Euro . Tujuannya Asian Currency Unit adalah untuk membantu menstabilkan pasar
keuangan daerah . ACU seperti yang diusulkan adalah keranjang mata uang , bukan
mata uang yang nyata , yaitu , indeks tertimbang mata uang Asia Timur yang akan
berfungsi sebagai patokan untuk pergerakan mata uang regional.
Asian Development Bank saat
ini sedang meninjau pilihan yang berbeda mengenai aspek teknis yang terkait
dengan perhitungan ACU , termasuk sifat keranjang , pilihan bobot tetap vs unit
tetap, pemilihan mata uang untuk dimasukkan dalam keranjang , pilihan bobot ,
kriteria untuk revisi berkala mereka , dan aspek lain juga . Asian Development
Bank adalah untuk mengumumkan rincian ACU Maret 2006 atau lambat. Namun tekanan
eksternal tertunda pengumuman ini meskipun konsep itu masih sedang dipelajari
secara rinci. Sebuah diskusi panel pada bulan Februari 2007 yang dikutip teknis
dan politik rintangan yang telah mencegah proyek dari maju. Unit , terbatas
pada ASEAN + 3 , dikatakan masih bergerak maju pada pertengahan Juli 2007.
Dengan tujuan untuk lebih
memperkuat APT kerjasama , East Asia Vision Group ( EAVG ) II didirikan oleh
Pimpinan APT pada KTT APT -13 pada 29 Oktober 2010 di Ha Noi untuk saham -
mengambil , review dan mengidentifikasi arah masa depan APT kerjasama.
PERAN INDONESIA DALAM ASEAN + 3
Kerjasama ASEAN plus three
(APT) sudah terjalin sejak Asia dilanda krisis ekonomi di tahun 1997. Pada KTT
ke-11 APT tanggal 20 November 2007 di Singapura. Terdapat lima bidang kerja
sama di dalam the Second Joint Statement dimaksud, yaitu: kerja sama politik
dan keamanan; kerja sama ekonomi dan keuangan; kerja sama energi, pembangunan,
lingkungan hidup, perubahan iklim dan pembangunan yang berkesinambungan; kerja
sama sosial-budaya dan pembangunan, serta dukungan institusional dan hubungan
dengan kerangka kerja sama yang lebih luas.
Kerjasama
seperti inilah, yang akan diperkuat kembali di masa kepemimpinan Indonesia
tahun ini. Kondisi ekonomi global yang masih belum stabil, diperkirakan akan
mewarnai kerjasama antara negara ASEAN dengan tiga negara seperti Jepang, China
dan Korea Selatan yang dianggap sebagai kekuatan ekonomi besar di Asia dan
bahkan dunia.
Kondisi ini dilihat bahwa Indonesia menilai pasca
krisis perekonomian global terjadi realitas baru bahwa Asia kini menjadi pilar
penting dalam perekonomian global. Termasuk pula dari regional architechture
building yang harus berangkat dari kecenderungan itu.
Selain
itu Indonesia melihat dunia kembali memiliki hubungan yang bersifat multipolar
dengan sejumlah isu-isu global termasuk perubahan iklim. Disamping ASEAN+3,
kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN juga akan menitikberatkan kepada East Asia
Summit (EAS). Berlandaskan Piagam ASEAN (ASEAN Charter), ASEAN memiliki tujuan
untuk mentransformasikan diri dari sebuah organisasi politik yang longgar
menjadi organisasi internasional yang memiliki dasar hukum yang kuat (legal
personality), dengan disertai aturan yang jelas serta memiliki struktur
organisasi yang efektif dan efisien. Masih banyak lagi perhatian khusus yang
akan diupayakan Indonesia selama menjadi Ketua ASEAN kali ini. Salah satu
diantaranya adalah East Asia Summit (EAS). Jika pada pertemuan sebelumnya di
Filipina diikuti oleh 16 negara, dalam pertemuan ke-enam yang akan berlangsung
di Indonesia, EAS akan diikuti oleh 18 negara.
EAS
di Indonesia sendiri akan diikuti oleh negara Asia Timur beserta beberapa
negara barat lainnya. Amerika Serikat (AS) dan Rusia juga akan turut serta
dalam pertemuan yang akan diketuai oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Pertemuan EAS ini sendiri akan dilakukan setelah pertemuan ASEAN+3. Diharapkan
Indonesia akan berperan penting dalam pertemuan-pertemuan ini. Tetapi ada satu
hal yang ingin ditekankan oleh Indonesia dalam kepemimpinannya di ASEAN. Bagi
Indonesia, ASEAN kedepannya harus lebih banyak bersifat people center tidak
lagi bersifat regional.[13]
KERJASAMA
ASEAN + 3
ASEAN+3 sudah melakukan
beberapa pertemuan di antaranya kerja sama keamanan energi ASEAN+3 muncul
sebagai akibat semakin meningkatnya kebutuhan energi baik di tingkat regional
maupun tingkat dunia. Pertemuan pertama berlangsung pada tangga 9 Juni 2004 di Manila,
Filipina
dan mensahkan program kegiatan Energy Security Forum, Natural Gas Forum, Oil
Market Forum, Oil Stockpliling Forum dan Renewable Energy Forum dan masih
banyak lagi pertemuan yang dilakukan ASEAN+3.
Ada beberapa faktor mengapa
ASEAN melakukan kerja sama dengan tiga negara patner, di antaranya:
1.
JEPANG
Peran Jepang sangat
diharapkan dalam mengambil peran ekonomi yang lebih tegas. Di sisi lain, Jepang
sendiri terlihat pasif dalam peran kekuatan politik dan militer karena masih
ada rival yang kuat yaitu RRT. Jepang masih menganggap bahwa kedaulatan suatu
negara sebagai faktor yang paling penting.
Kepentingan Jepang
di kawasan seperti yang kita lihat sekarang yaitu: stabilitas kawasan di Asia Tenggara
dan keamanan maritim/the sea lines of communication. Para elit pemerintah Jepang
tampaknya bersikap waspada dan proaktif terhadap setiap perkembangan pada
tataran regional terutama bangkitnya RRT sebagai raksasa ekonomi dunia.
Jepang
merasa harus memberikan perhatian yang lebih besar pada kestabilan regional.
Lagipula Jepang sendiri secara psikologis tentunya masih merasa sebagai bangsa
yang besar di Asia
Pasifik.
Dalam mengimplementasikan peranan politik di kawasan ASEAN akan timbul
perbedaan pandangan dengan Amerika Serikat. Instrumen yang paling efektif untuk
menghadapi Amerika Serikat adalah ekonomi. Sikap lebih gentle bangsa Jepang
sangat diperlukan untuk menghadapi Amerika Serikat . Jepang
sendiri telah merencanakan peningkatan yang signifikan terhadap kekuatan
militernya. Dan secara langsung maupun tidak langsung, ini akan berimbas pada
negara-negara anggota ASEAN dalam bentuk peningkatan perlombaan senjata di
kawasan.
2.
RRT
Kontur dimensi multipolar yang kian kompleks mengharuskan tiap negara
anggota ASEAN untuk adaptif terhadap dinamika geopolitik dan geostrategi
kawasan. Seperti pada peningkatan kemampuan militer RRT yang oleh Amerika
Serikat pun dipandang sebagai sebuah ancaman. International Role RRT telah terbuka
lebar dengan diundangnya modal dan teknologi dari Barat dan Jepang.
RRT tampaknya akan terus mempertahankan kepentingan dan strategic
influence mereka di kawasan ASEAN baik secara politik maupun militer. Ada
keprihatinan mengenai tindakan RRT beberapa tahun yang lalu di Kepulauan
Spratly. Pengembangan lembaga-lembaga keamanan yang lebih kuat di kawasan
sangat diperlukan. Di bidang ekonomi dan industri, langkah RRT yang mendorong
warganya bermigrasi dari daerah pedesaan ke kota-kota untuk menciptakan 270
juta pekerjaan dalam 10 tahun ke depan patut diapresiasi.
Kepentingan utama RRT terhadap negara-negara Asia terfokus pada
pembangunan ekonomi yang cepat, dan bagi RRT, untuk diakui sebagai kekuatan
Asia yang besar juga sangat penting. Dalam sebuah novel terbitan tahun 1997
yang menggambarkan terjadinya perang berskala global antara Amerika Serikat
melawan RRT, diceritakan bahwa pemicunya adalah serangan RRT ke Laut
Cina Selatan dan invasi militer RRT ke Vietnam.
Walaupun novel tersebut adalah fiksi belaka, namun tetap ada korelasinya dengan
kondisi yang terjadi saat ini, dan ada kemiripan dengan apa yang diungkapkan
oleh pakar politik AS Samuel Huntington dalam bukunya The Clash of
Civilization.
3.
KOREA SELATAN
Begitu juga dengan Korea Selatan,
Presiden Korea Selatan, Lee
Myung Bak pada tahun 2009
mengatakan bahwa perdagangan ASEAN-Korsel telah tumbuh 11 kali lipat dalam dua
dekade terakhir menjadi senilai US$ 90,2 miliar. Angka tersebut bahkan
diperkirakan akan meningkat menjadi US$ 150 miliar pada 2015. Dan berencana
untuk meningkatakannya lebih baik lagi dan selain itu melakukan pertukaran budaya
dan sebagainya.[14]
[2] http://minajurnalism.blogspot.co.id
[3] www.bot.or.th
[4] http://bisniskeuangan.kompas.com
[5] id.wikipedia.org, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara
[6] https://id.m.wikipedia.org, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, diakses
pada tanggal 22 Maret Pukul 19:30
[7] https://id.m.wikipedia.org, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara, diakses
pada tanggal 22 Maret Pukul 19:35
[9] http://rinaasihniasari.blogspot.co.id. , Kerjasama Indonesia dengan ASEAN, diakses
pada tanggal 24 Maret 2016 pukul 16:55.
[10] https://www.mikirbae.com, Kerjasama Negara-Negara di Asia Tenggara,
diakses pada tanggal 24 Maret 1016 pukul 16:17.
[11] http://jrsrising.blogspot.co.id
[12] South East Asian Central Banks (SEACEN).htm
[13] www.academia.edu
[14] www.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar